Saya sebenarnya mulai tidak nyaman dengan beberapa situasi ketika mahasiswa melakukan presentasi thesis atau skripsi, publikasi ilmiah dan lainnya mendapat tanggapan kurang baik atau tidak nyaman/pas dari penguji dan pendengarnya (meski ini hak asasi) hanya karena dianggap tidak sesuai dengan bidang keilmuan atau biasanya yang diriset. beberapa kasus memang ada penelitian yang “salah kamar”, misalnya risetnya tentang hardware tapi ditampilkan sangat hardware sekali sehingga kurang ilmu komputernya misalnya. Tapi ada juga melakukan riset yang breaktrough tapi karena kurang tahunya landscapenya peneliti lain menganggap itu “salah kamar” kembali. Ada kekhawatiran saya beberapa poin:
- Para peneliti (baca: penguji, penilai dan sejenisnya) terlalu asyik dengan dunianya sendiri sehingga menganggap dunianya yang paling pas, parahnya menjadikan sudut pandangnya paling benar, sehingga menutup kemungkinan-kemungkinan yang lainnya.
- Tidak updatenya pemahaman dan pengetahuan tentang teknologi dan sejenisnya diluar sana yang tidak ditangkap dan dipelajari sehingga sesuatu yang baru menjadi asing
- Ini paling parah menurut saya, ketika penelitian hanya sekedar menggunakan library, services dan sejenisnya, tapi tidak mendorong untuk membuat sesuatu meski sederhana.
dari minimal ketiga poin diatas, saya melihat poin ke 3 sebagai “deep problem”nya. Kita makin menipis sense dan kemauan menuju “creating something”, parah nya lagi tidak terhargainya jerih payah membuat sesuatu meski sederhana, iya karena hanya sederhana saja…Efeknya berulang-ulang tema-tema penelitian di skripsi, thesis dan disertasi berputar-putar pada pembahasan yang itu-itu saja, perulangan dan tanpa arah. Apalagi kemudian hanya di push untuk cepat lulus semata.
Terus bagaimana selanjutnya…
Saya ada pemikiran begini
- saatnya setiap skripsi, thesis dan disertasi (apalagi ini) memberikan porsi pada parameter “creating something”
- Opsi menggunakan atau mengimplementasikan diijinkan dengan asumsi kompleksitas variabel data yang kompleks misalnya atau komparasi dengan metode yang ada lainnya
- kedua poin diatas bisa dilakukan dengan catatan setiap penelitian atau project punya roadmap atau peta jalan
- kemudian di manage dengan manajemen riset integratif dari s1-s2 dan s3
- bagus lagi lab riset berbasis personal, misalnya Lab Riset Mardhani (karena mengaungkan riset fokus spesifik, terinspirasi di Jepang) dan sejenisnya…ops ini narsis dihiraukan saja
- integrasikan dengan materi kuliah yang support ke riset
- aktivitas mahasiswa berbasis lab yang massive dan kreatif
- jadikan lab riset co-working spcace
kedelapan poin diatas sedang saya usahakan terjadi di lab kami di skj.mipa.ugm.ac.id