“UGM Masa depan: transformasi dan digital” – usulan terbuka untuk Rektor Terpilih

Pada era digital transformasi, disrupsi bisnis dan juga industri 4.0 terjadi perubahan pola dan strategi sebuah organisasi agar bisa menangkap peluang masa depan, bermain cantik dengan resiko, adaptif dan cepat dalam mengantisipasi perubahan dan leading di bisnisnya. Terlihat saat ini baik organisasi bisnis (perusahaan) di berbagai industri, organisasi sosial, pendidikan terutama di luar negeri menempatkan Teknologi sebagai “main business process” dan sekaligus “enabler” bagi strategi organisasi. Salah satu langkah pentingnya adalah menempatkan seorang Chief Level di bidang Techologi di jajaran pucuk pimpinan. Di perusahaan ada Chief of Technology Officer (CTO), Direktur Teknologi , dan juga sejenisnya.

Organisasi seperti kampus menurut saya strategi saat ini mempertimbangkan salah satu pucuk pimpinan di level Wakil Rektor untuk bidang ini. Beberapa alasan krusialnya sebagai berikut:

  1. Struktur pucuk pimpinan universitas saat ini mengikuti pola lama dimana menampatkan wakil rektor pada bidang yang lazim ada saja, terkesan meneruskan tradisi. Hal ini di mata industri menunjukkan tidak responsifnya sebuah lembaga organisasi terhadap zamannya. Kemudian bisanya urusan teknologi akan dimanage oleh seorang direktur lembaga di universitas. Saya membayangkan ada posisi Wakil Rektor bidang Teknologi dan Informasi, bisa ditambahkan nomenklatur lainnya. Hal ini ditargetkan sebagai langkah strategis transformasi universitas yang Menjulang Tinggi dan Mengakar Kuat dengan transformasi digital yang lebih struktural dan kuat. Posisi Wakil Rektor ini akan menjadi “supir” arah transformasi digital universitas di masa depan dan mengantisipasi situasi tidak terduga (belajar dari situasi pandemi).
  2. Teknologi dan Informasi dijadikan integrator semua sumber daya baik proses bisnis, sistem informasi, data dan informasi serta infrastruktur pendukungnya lebih komprehensif. Pola ini ditujukan untuk menciptakan lingkungan teknologi yang terbuka, data-driven policy, analytic perspectives, sekaligus menghilangkan duplikasi data dan pekerjaan yang berulang yang selama ini terjadi meski dengan jargon sistem terintegrasi.
  3. Akan lebih mudah menciptakan model organisasi dengan proses bisnis yang jauh lebih efisien, simpel dan satu sama lain bisa diselesaikan di satu meja layanan. Jendela-jendela layanan satu kampus bisa disatukan lintas Fakultas, lintas lembaga dan direktorat dalam jendela digital superappsnya kampus.
  4. Inffrastruktur teknologi yang besar tapi tersebar di semua Fakultas bisa dikordinasi agar bisa saling berbagi sumber daya dan saling dipinjamkan untuk processing. Cara ini memunculkan konsep shared services didalam lembaga sehingga yang dimobilisasi adalah prosesnya bukan orangnya. Akan menghemat banyak anggaran, disisi lain kebutuhan pengembangan teknologi pendukung dengan lompatan kecanggihan meski mahal masih bisa dicapai.
  5. Mengelola dan mengkordinasikan sumber daya kelembagaan, tenaga dosen bidang TIK, dan tenaga kependidikan juga akan lebih mudah dijalankan sehingga setiap kebutuhan pengembangan teknologi internal kampus bisa dicukupi dengan sumber daya sendiri, bahkan jika bagus bisa menjadi services untuk dunia luar yang menjadi revenue generator bagi kampus.
  6. Menciptakan model pelayanan kampus berbasis ” as services”, bukan lagi layanan di banyak pintu dan meja. Satu sama lain kelompok shared services akan bisa digunakan lintas Fakultas dan lintas Departemen.
  7. Jika diperlukan me-manage sumber daya kolaborator pengemban teknologi dari komunitas, alumni, startup dan perusahaan partner lebih optimal dan mendukung keuntungan bagi universitas
  8. Transformasi dipercepat dengan melibatkan dosen-dosen muda dan tenaga kependidikan muda berkapasitas tinggi untuk menduduki posisi strategis terutama pada transformasi ini, kampus membutuhkan kecepatan bergerak dan endurance tidak kenal lelah untuk bisa mengejar kebutuhan stakeholder dan bersaing dengan universitas lain terutama universitas luar negeri yang mulai meramaikan dunia pendidikan Indonesia. Menjadikan universitas kapal besar tapi tenaga “kano dan arung jeram” yang dimotori anak-anak muda.

Secara khusus hal ini juga untuk mendorong kampus bisa lebih memprioritasikan teknologi dan layanan yang dikembangkan sendiri untuk menciptakan Kemandirian dan Kedaulatan Teknologi dan Informasi di Indonesia dengan dimulai dari kampus sendiri.

Seorang Wakil Rektor akan menjadi policy design and makersnya, bisa dibantu seorang Direktur Unit untuk menjalankan dalam bentuk strategi teknis dan kordinatifnya.

Semoga ide terbuka ini bisa bermanfaat, sudah tidak sabar dan gemes, menjadikan kampus ini menjadi pioner transformasi digital universitas terdepan di negeri ini dengan pendekatan kamandirian dan kedaulatan teknologi dan informasi dengan sumber daya sendiri.