Situasi sekarang saat ini membuat kita banyak beraktifivitas dirumah, mode on WFH dan melakukan kerja-kerja remote. Fokus kita masih menyelesaikan banyak pekerjaan kampus, lab yang dibawa ke rumah. Sebagai kepedulian kita untuk menahan laju pertumbuhan wabah ini disekitar kita, langkah ini merupakan langkah yang terbaik.
Saya mendapat cerita dari rekan peneliti di China, ketika terjadi masa seperti ini, mereka tidak sekedar WFH tapi benar-benar lockdown. Menariknya bukan dirumah kemudian hanya beraktivitas untuk memenuhi kewajiban kita sebagai pengajar semata, ternyata Pemerintah dan Universitas disana meminta para dosen dan peneliti bahkan mahasiswa tidak melakukan kuliah online atau malah membebani mahasiswa nya dengan penganti kuliah berupa tugas yang seabrek. Apa yang dilakukan….
Pada dosen, peneliti dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu diminta beraktivitas dirumah tetapi fokus bekerja melakukan penelitian untuk menahan laju wabah ini. Yang dibidang medical mereka ada yang stay at home atau ke lab untuk mencoba memutus rantai wabah ini di exprimen, yang ilmu sosial push untuk edukasi dan literasi ketahanan masyarakatnya, yang ilmu komputer/TI fokus menganalisis data dan lain-lainya.
kemudian pada titik tertentu mereka saling sharing hasil dan di publikasikan terbuka, tidak ada lagi itu motivasi u Q1,Q2 , scopus dan sejenisnya…dst, semata-mata hanya untuk kontribusi agar yang terjadi di negaranya segera selesai atau paling tidak membuat negaranya kuat.
Saya ajak dan mengusulkan, WFH dan SFH pada dosen dan mahasiswa kita ubah, tidak mengajar online, tapi kita create gerakan-gerakan masif untuk mengerjakan solusi-solusi kecil yang kita bisa, dan kontributif untuk menahan laju di sekitar kita.
Bukankah esensi kampus merdeka harusnya responsif dan kontributif untuk hal kejadian seperti ini.
Saya sudah memulainya sejak 1 minggu lalu, semua mahasiswa yang ikut kuliah saya akan saya cabut semua tugasnya, UTS akan berubah bentuk dari hanya mengeser model manual selama ini menjadi model kolaboratif bergabung dalam 1 gerakan besar untuk kontribusi keilmuan.
Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ini saatnya mengubah paradigma pendidikan yang mostly learning menjadi learn to action. Pak Rektor semua Universitas di Indonesia, ijinkan kami berkreasi dengan kemanusiaan, bukan hanya berwacana di grup semata. Para mahasiswa ini esensi kemanusian, KKN bentuk baru dan skripsi bentuk lain yang lebih nyata untuk digarap dan kontribusi. Saatnya bukan menjadi macan dikampus, tapi kita jadi vitamin di masyarakat. Ijinkan kami menilai capaian pembelajaran dengan jalan lain kontribusi bukan formalitas nilai biasa.
Ya, saya sudah memulai melalui www.covid19.gamabox.id
saya yakin rekan-rekan dosen dan peneliti diluar sana jika melakukan hal yang sama akan muncul bola salju besar untuk menahan laju wabah ini.
Salam perjuangan, dari kampus Perjuangan …!Data Ranger, Data Scientist, Apps Engineer, Mobile Designer, Communication, & Public Health untuk bergabung dalam inisiasi ini.