Pandemi COVID-19 membuat kita familiar dengan istilah Long Covid Effect atau semacam sesuatu yang kita rasakan setelah terpapar virus COVID-19. Sebagai salah satu pemintas, saya pun merasakannya dan tetap berusaha semangat dan memulihkan stamina ke posisi terbaiknya.
Tetapi hari ini saya merasakan efek yang jauh berdampak menurut saya. Saya menyebutnya “Long Goxxx Effect”. Screenshoot diatas adalah potongan email yang dikirimkan ke pengguna layanan TIK kampus yang memiliki data di drive cloud suatu provider dengan kapasitas yang besar. Tiba-tiba (meski sebenarnya sudah ada rumor dan ramai di twitter, tapi sayangnya tidak official informasi yang berseliweran) kita mendapati email yang memberikan ultimatum (peringatan) untuk segera memindah simpanan data dan file kita dari sekian ratus Giga menjadi maksimal 5 Giga.
Saya teringat beberapa tahun lalu ketika duduk di baris akhir rapat membahas rencana migrasi layanan email dan lainnya ke penawaran sebuah provider besar yang memudahkan banyak hal. Meski pada rapat tersebut saya hanya salah satu dari 2 orang yang memberikan opsi berbeda mencoba memberikan pandangan untuk tetap independen, membangun layanan berkualitas dengan bertahap berbasis kritikan layanan pengguna, tetap pilihan terbaik menurut forum tersebut adalah migrasi.
Bagaimanapun keputusan telah diambil dan berjalan bertahun kemudian membuat saya dan kita makin mengandalkan penyimpanan dan manajemen data dari penelitian dan administrasi serta kolaborasi di kapasitas penyimpanan tersebut. Bayangkan betapa besar knowledge yang kita “setor” ke media penyimpanan tersebut selama ini. Tidak terasa saya memiliki lebih dari 100Gb data disana.
Hari ini kita terkejutnya bukan karena besaran kapasitas yang ada dan harus kita sesuaikan, tetapi ini menunjukkan filosofi teknologi mendasar yang menunjukkan kita tanpa kemandirian, tidak punya daya tawar, dan tidak bisa berbuat apa-apa dengan situasi yang di”wajibkan” oleh provider layanan tersebut. Mungkin ini cerminan betapa kita benar-benar tidak berdaulatan dengan teknologi kita sendiri.
Piliha satu-satunya adalah merencanakan migrasi dan menyelematka data-data yang semuanya saya anggap penting dan menempatkannya ke fasilitas penyimpanan independen di Lab kami. Seperti dejavu, kembali ke masa lalu, kita rangkai kembali asa kemandirian teknologi, yang sudah “tekor” bertahun-tahun kita rintis.
oto-kritiknya adalah kita masih belum punya perhatian besar di hal yang kelihatannya sepela, kita tertinggal jauh melihat universitas besar dunia yang bisa independen dengan layanan, dan karena berkembangnya dilirik oleh raksasa teknologi. Orientasi kita bukan penyedia layanan tapi pengguna layanan. Tidak ada tata kelola dan mitigasi yang antisipatif, semuanya seperti mencoba “survive by accident”, dan selebihnya diserahkan masing-masing pengguna. Dalam tata kelola TI ini levelnya fail menurut saya.
Kedepan bagaimana yang harus kita lakukan
- Mau tidak mau paradigma pengelolaan TI sebuah organisasi harus berubah dari pengguna menjadi penyedia / pembuat / inovator
- Kualitas layanan tidak instan tapi berkembang dengan masalah dan kritikan, Tata Kelola dan Mitigasi resiko jadi penting dan mendasar.
- Data driven menjadi penting, bukan service driven. Menyelamatkan dan mengamankan data lebih penting dan harus investasi serius. Data adalah pengetahuan dan masa depan apalagi sekapasitas institusi ini
- Organisasi harus punya daya tawar dan daya tarik yang jelas sehingga terjadi keseimbangan posisi, dan tidak ada perubahan sepihak yang membuat pihak lain tidak berkutik
- Sebagai pengguna saatnya memihak. Memihak dan memilih ke penyedia layanan nasional atau organisasi sendiri, dukung dengan setoran datanya dan masukan berkualitas, karena dengan hal itu layanan organisasi kita akan makin bagus dan meningkat. Bisa ke startup-startup dan perusahaan lokal yang memiliki kapasitas yang bisa kita kolaborasikan.
- Khusus case ini menunjukan kapasitas layanan kita untuk menyediakan environment penelitian, pengembangan, akademik, pengabdian dan kolaborasi saat nya dibuat secara mandiri baik data storage dan data centernya nantinya, saatnya TIDAK lagi bergantung pihak luar.
Buat rekan di organisai lain yang mengalami serupa maka ada baiknya memitigasi lebih awal dan menyiapkan plan lain dengan lebih baik, baik secara komunikasi dan informasi ke pengguna, tahapan mitigasi dan recovery permasalahan yang akan mungkin muncul didepan.
#SemangatInovasi, #SemangatKemandirianTeknologi