“Kampus Merdeka” diakselerasi dengan Tranformasi Digital Pendidikan

Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan mengambil tema Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, memberikan angina segar perubahan paradigma, pola dan pelaksanaan system Pendidikan di Indonesia. Tentu saja angina segar yang diharapkan akan membuat siswa/murid/mahasiswa, guru/dosen, orang tua, dan institusi Pendidikan semakin dimudahkan dan dinyamankan dengan pola manajemen dan akademik yang lebih baik.

Sudah menjadi pengetahuan umum, system Pendidikan di Indonesia yang merupakan legasi dari turun temurun, menjadikan salah satu sector yang tidak mudah untuk diajak berlari kencang dan berubah menjadi lebih dinamis dan menuju ke ranah digital yang menyeluruh.  Penyebabnya bukan hanya sisi administratif dan manajemen yang sangat kaku, manual dan penuh persyaratan administratif. Pelakunya pun sulit diajak berlari kencang, karena struktur organisasi yang sangat gemuk dan kaku.

Apakah arah baru berupa “Merdeka Belajar” dan Kampus Merdeka” ini menjadi ampuh untuk mengatasi ini?

Meskipun ini diusung oleh seorang Menteri dari kalangan professional yang penuh dengan lombatan ide dan gerakan gesit, tidak cukup mudah untuk menjadikannya berhasil . Jika harus berproses tahap demi tahap, tidak terbayang butuh berapa lama waktu evolusi untuk mewujudkannya, karena harus mentransformasi semua hal yang terlibat dalam proses pembelajaran di negeri ini. Sumber daya manusia yang bisa aktif menyambut dengan aksi-aksi out of the box, simplikasi procedural yang akan memangkas birokrasi, dan suasana belajar menjadi ala working space yang bebas dan lainnya. Tidak hanya di level Pendidikan dasar, menengah dan atas. Perguruan tinggi pun cukup berat diajak berlari karena memang sudah terbentuk rezim otoritas independent yang asyik dengan dunia kenyamanannya sendiri.

Tidak bermaksud pesimis, tapi arah baru ini harus diakselerasi dengan strategi transformasi digital yang kuat, baik yang sekaligus bisa diimplementasi di semua jenjang Pendidikan, berlaku menyeluruh sebagai backbone Pendidikan dari dasar ke tinggi, dan mencoba serta mendorong sebagai wadah creating people value bukan sekedar ilmu pengetahuan. Beberapa langkah strategis yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sudah cukup baik, tapi terkesan masih akan sangat formal dan hanya menguntungkan beberapa pihak saja. Nah bagaimana kemudian kita bisa mengakselesari keberhasilannya. Saya berpendapat harus ada strategi transformasi digital untuk Pendidikan Indonesia. Ada beberapa stretagi yang bisa dijalankan sebagai berikut:

  1. Transparansi Kurikulum dan struktur pembalajaran dasar, menengah, atas dan tinggi dengan visualisasi digital, yang dapat diakses semua orang dan dilihat benang merahnya. Hal ini ditujukan agar semua stakeholder Pendidikan memiliki peta jalan yang sama arah dan tujuannya. Jika dari level dasar,menengah, atas dan tinggi sama “cerminnya” maka semua orang akan punya musul Bersama dan kemudian memunculkan spirit untuk menyelesaikannya secara Bersama-sama. Transformasi digital untuk strategi ini adalah dengan mengintegrasikan kurikulum dna Pendidikan Indonesia dalam bentuk peta digital Pendidikan Indonesia.
  2. Metode pembelajaran, materi pembelajaran, dan tools pembelajaran yang bisa aksesibel untuk semua jenjang Pendidikan. Idenya adalah adanya sharing resources Pendidikan antar jenjang dan antar institusi Pendidikan. Saling pinjam meminjam materi, tools dan pengajar dilazimkan. Tidak perlu scecara fisik tapu bisa diakselerasi dengan digital. Hal ini juga memungkinkan untuk pengajar dari professional. Transformasi digitalnya melalui portal pembelajaran model youtube Pendidikan untuk Indonesia.
  3. Pengembangan materi pembelajaran berkualitas dengan memberikan konten yang lebih kuat pada area science, engineering, mathematic, humanitary, arts, social menjadi matakuliah/matapelajaran sesuai jenjengnya dengan materi digital dan fisik yang berkualitas. Semua pengajar/dosen memiliki potensi sebagai creator dan tinggal diakseslerasi menjadi kekueantan knowledge secara besar. Bisa dibanyangkan 1 materi bisa saja disajikan lebihd ari 100 pengajar dengan perspektif yang bermacam-macam
  4. Aksesibilitas jalur Pendidikan yang terbuka lebar. Pendidikan seharusnya mudah diakases oleh siapa saja dengan kualifikasi tertentu. Kuota atau daya tamping seharusnya sudah menjadi isu pembatas. Tetapi menjadi tantangan manajemen untuk menyediakan sarana dan prasarana fisik sesuai daya tamping dan scalable untuk daya tamping pengguna digital yang hamper unlimited. Membuka kelas virtual, open courseware dan sejenisnya menjadi penting.
  5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Perguruan Tinggi dan sekolah yang berfikir digital menjadi penting. Pekerjaan rumah paling berat adalah bagaimana mengajak semua instansi ini mau connected baik system, data dan informasi yang dimiliki. Memiliki keinginan untuk menyelesaikan masalah dengan analisis data, dan menyelesaikan permasalahan dengan lebih komprehensif lintas jenjang dan sectoral.