Menata Pendidikan Indonesia

Pendidikan pasti diyakini sebagai solusi untuk menyiapkan generasi maju di waktu dekat dan mendatang bagi suatu negara. Pendidikan menjadi proses yang ideal untuk membentuk pengetahuan, attitude dan kemampuan yang dapat menyiapkan setiap manusia dapat produktif, kreatif dan bisa mandiri di masa depan. Berikut ini adalah artikel berupa usulan ide, kegiatan yang telah dilakukan dan lainnya yang bersifat terbuka, yang diniatkan untuk di sumbangsih kan bagi negara Indonesia. Jika dirasa ide atau apapun dalam konten ini bisa digunakan oleh siapa saja, baik Pemerintah (kementerian misalnya) atau pihak-pihak lain bisa mengambil manfaatnya. Saya akan coba tuangkan ide untuk masing-masing sektor penting negara ini di setiap post-nya.

Saya memilih PENDIDIKAN bukan karena mendapat porsi besar (anggaran) dari negara, bukan pula Menteri-nya yang muda dan sejenisnya. Alasan utamanya adalah saya meyakini pendidikan adalah LEGACY penting bangsa ini untuk masa depan. Mari to-the-point saja, bagaimana menata pendidikan Indonesia?

Ide#1. Pendidikan membutuhkan desain dan peta jalan yang komprehensif dan panjang. Dibuat tidak sekedar pada periode jabatan presiden misalnya, tapi dibuat sesuai siklus pendidikan itu sendiri. Jika asumsinya pendidikan formal dimulai dari SD sd perguruan tinggi, maka minimal peta jalan pendidikan ini dibuat untuk 6+3+3+4=16 tahun. Durasi 16 tahun sebagai siklus pendidikan harus dirancang dengan menentukan poin akhir yang dicapai. Banyak negara punya 2 poin yaitu pendidikan keilmuan (science) dan terapan (Vokasi) yang memilik produk akhir yaitu “ilmuwan” dan ahli terapan. Bagaimana di Indoneia? Menurut saya, 2 skema ini bisa menjadi track yang baik untuk Indonesia, mengingat existing kita sudah punya jalur formal dan vokasional yang lumayan kuat. Jika titik akhir sudah, maka diturunkan ke dalam milestone per waktu. Minimal ada 3 milestone sebelum jadi produt akhir. Selepas pendidikan dasar, selepas pendidikan menengah dan selepas pendidikan atas. Tiga milestone ini menjadi penting karena jadi potret proses pendidikan. Kelemahan saat ini, 3 milestone ini dilihat hanya sebatas ujian/skor.

Mari sedikit kita detailkan. Pendidikan Dasar didesain bagi siswa untuk mengenal lingkungan, keberagaman profesi, khasanah ilmu, memupuk kreatifitas dan kemandirian, dan ketertarikan yang tinggi. Pendidikan pada jenjang ini harusnya tidak terlalu banyak pressure dan beban. Konsepnya pengenalan dan membuka kapasitas otak anak didik yang masih fresh dan berkembang dengan sesuatu yang menarik di sekitar, dikaitkan dengan ilmu pengetahuan dankemanfaatannya di masa depan. Kurikulum perlu dibuat bukan dengan desain matapelajaran, tetapi interest based education. Pada jenjang ini juga belum ada pemisahan jalur science dan vokasional. Materi interest based lebih banyak memberikan pengetahuan dengan story telling dengan memperbanyak aspek Why dan How nya. Kemudian kegiatan pendukung berbasis exercise/praktikum sederhana untuk pembuktian dengan aktivitas ilmiah. Jika ini terus dilakukan dengan level kesulitan yang didesain dan disesuaikan dengan jenjang kelasnya, maka hasil pendidikan dasar ini akan menciptakan anak-anak yang terbuka terhadap hal baru dan ketertarikan yang dalam/serius untuk subject interestnya.

Pendidikan Menengah dibuat dengan desain menjadikan anak didik lebih mandiri, tahu dan belajar mengambil keputusan dan diberi tanggungjawab. Kurikulum didesain dengan subject based, dalam hal ini matapelajaran perlu dikenalkan, karena ada konten yang lebih dalam (scientific based) yang harus disampaikan. Anak didik akan diajak untuk melakukan pendekatan scientific dalam memformulasikan suatu masalah, membangun cara pemecahan sampai memilih metode yang tepat. kemudian anak didik akan mencoba mengimplementasikannya dalam kelas praktikum di lab atau masyarakat untuk melihat bagaimana hasil baik value dan risknya. Pada level ini sebenarnya anak didik dibuat lebih tahu akan impact yang dihasilkan dari suatu solusi yang dipilih. Pendidikan menengah mulai memberikan porsi pada vokasional tapi tidak dominan misalnya 20-30% dari porsi akademik.

Pendidikan Atas dibuat dengan desain menjadikan anak didik sudah mengenal benar karakteri, kebutuhan dan perkembangan di dunia luar. Kurikulum dibuat dengan 2 pendekatan, kuat pada ranah scientific dan kuat pada ranah vokasional dengan 2 jalur pendidikan yang berbeda dalam hal ini SMA dan SMK. Bedanya adalah, SMA dibuat dengan memperkuat aspek STEM (science, technical, engineering, dan mathematic). STEM ini bukan hanya untuk kelas IPA tapi kelas IPS pun dikenalkan. Outputnya anak didik akan menguasai logika dan bisa mencari jawaban dari pertanyaan imiah yang kemudian muncul. SMK dibuat expertice based, keahlian terkini yang dibutuhkan dikembangkan dalam kurikulum. Konten dibuat mendekati industri dan porsi trial eror dibuat lebih besar. Hasil pendidikan atas ini adalah menghasikan talent pra-kerja dala artian punya kemandirian untuk berusaha, mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahlian teknis maupun sosial.

Pendidikan Tinggi dibuat dengan desain mencetak dan mewwadahi ecosystem kreatifitas. Kurikulum pendidikan tinggi seharusnya tidak sangat ketat seperti ini, kurikulum dibuat seperti “supermarket” terdapat pool-pool pengetahuan yang bisa dipilih mahasiswa sesuai kebutuhan “menu” keahlian yang dipelajari, Universitas dibuat fakultas-less, dalm artian mahasiswa bisa ambil pengetahuan dari fakultas mana saja. Kelulusan ditentukan dengan model capaian credit (mirip capstone), tidak harus menunggu antrian panjang kelulusan dan sejenisnya. Tugas akhir dibuat project based sesuai ide yang mereka ingin kembangkan, misalnya ide startup technologi, ide start up sosial atau yang lainnya.

Ide#2. Sistem Pendidikan Terbuka. Saya membayangkan ide #1 akan berjalan baik dengan membuat sistem pendidikan terbuka. Detailnya adalah

  • Ujian masuk di setiap jenjang hanya bersifat registrasi bukan seleksi. Model registrasi dibuat fleksibel, bukan zonasi atau bukan pula pemeringkatan. Model registrasi dibuat dengan menggunakan parameter kesesuaian profil calon anak didik. Ada mekanisme untuk mendapatkan profil peserta didik dengan baik dan detail, kemudian ada proses mematchkan antara profil kepribadian, bakat, demografi yang dapat merekomendasikan seorang anak didik untuk masuk kesekolah tertentu. Hal ini bisa dijadikan jadi basic untuk setiap jenjang
  • Sistem kelas pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan atas dibuat dengan model bukan “naik kelas” tapi “naik level”. Bedanya adalah naik level ini berdasarkan kompetensi yang diperoleh anak didik pada setiap parameter aktivitas yang dibuat untuk setiap jenjang pendidikan. Guru bersifat menjadi reviewer dan bertanggungjawab mengarahkan pencapaiannya.
  • sistem semester pada perguruan tinggi juga diubah ke model credit accomplishement. mahasiswa tidak harus mengikuti semester per semester tapi terselesaikanya credit matakuliah tertentu langsung bisa mengambil berikutnya.
  • sistem evaluasi mengakomodasi skor profil pendidikan selama masa mengikuti proses pendidikan. Ujian bisa dilaksanakan sebagai salah satu komponen tapi tidak dominan bukan untuk kelulusan, tapi rekomendasi jenjang atau jalur yang bisa diambil oleh anak didik untuk jenjang berikutnya.

Ide#3. Sumber Daya Pendidikan Exchange. manajemen sumber daya pendidikan dalam hal ini tenaga pendidik (guru, dosen) dan tenaga kependidikan (staff) harus dikelola dengan cara yang berbeda. Baik pendidikan dasar, menengah dan atas, serta perguruan tinggi memilikli hak sama misalnya diajar oleh seorang profesor, doktor, master, sarjana dan praktisi. Idenya adalah ada model exchange, seorang profesor di perguruan tinggi ada kewajiban utama mengajar di perguruan tinggi, tetapi juga ada credit mengajar di jenjang bawahnya misalnya dalam 1 kota. Saya membayangkan di pendidikan dasar sudah disentuh tangan dingin profesor akan bagus sekali. sebaliknya, pergurun tinggi juga membuka diri untuk masuknya pengajar secara credit dr jenjang bawahnya, tentu dengan konteksnya masing-masing. Hal ini akan menciptakan benang merah yang tebal secara personal dan integratif melihat anak didik sebagai talent masa depan . Model Exchange ini bisa dilaksanakan juga antar lokasi untuk menciptakan pemerataan pendidikan baik kualitas dan impactnya. tentu saja dukungan terhadap pengembangan karir dan pengetahuan tenaga pengajar akan berkembang sejalannya program ini.

Ide#4. Pendidikan berbasis Inovasi dan Kreativitas. Sudah saatnya mengubah tampakmuka pendidikan dalam hal ini sekolah dan perguruan tinggi bukan sebagai kumpulan gedung menakutkan dan penuh dengan beban. Diubah menjadi playground untuk pendidikan dasar, menjadi interaction space bagi pendidikan menengah, creativity space untuk pendidikan atas, dan working space untuk pendidikan tinggi. Semua kata kuncinya tinggal dijabarkan dalam bentuk fasilitas, kegiatan dan penguatan komunitas/lingkungan yang kondusif untuk anak didik.

Ide#5. Pendidikan yang Berbudaya, Komunikatif dan Supportive. Pendidikan harus menjadikan peserta didiknya merasa nyaman dan didukung lingkungannya. Sudah saat nya antar jenjang pendidikan kemudian di “bentur”kan dalam bentuk bekerjasama anak didik, staff pendidik antar jenjang untuk menghasilkan produk-produk pendidikan yang baik, bisa buku ajar, media belajar dan lainnya. Sarana pendidikan yang baik dan cukup perlu dipikirkan. Paradigma menyelenggarakan sarana pendidikan dalam artian fisikal harus mulai sedikit diubah, sekolah bisa menyelenggarakan pendidikan “dimana saja” mau di kantor perusahaan tertentu, working space, di taman atau tempat lain diperbolehkan untuk mengenalkan lingkungan riel ke anak didik. Sistem absen diubah menjadi sistem partisipatif, dan mengungulkan pada aspek kejujuran. pendidikan karakter dikembangkan dengan kebudayaan yang tinggi mengangkat local wisdom daerahnya masing-masing, Tenaga pengajar harus kekinian, lebih banyak pengajar muda dan kombinasi senior untuk dekat dengan anak didik. Dokumentasi, pemberian reward dan punishment penting dilakukan untuk anak didik dan staff pengajar untuk memberikan suatu stimulus dukungan yang supportive.

5 Ide diatas merupakan bayangan saya tentang Pendidikan Masa Depan untuk Indonesia. semoga bermanfaat.